Sunday, September 12, 2010

Sharing: Part Time Ministry in Hong Kong


(The Indonesian version of this sharing is available in the bottom).
On our first meeting, Sr. Flora, RGS asked me to help in the ministry for the Indonesians in Hong Kong. As I didn’t know yet my orientation schedule to our region, I couldn’t make a promise. Finally, it’s my part time ministry.
Christ-Sylvia-Nico-William usually picked me up to go to St. Paul Convent School Chapel at Causeway Bay on Sundays to attend the Indonesian mass organized by “KKIH Hati Kudus Yesus” (The Women Migrant Workers Community). After mass, I had late lunch with the leadership committee and mingled with them till 6.00 p.m. Most of the time, Christ-Sylvia-Nico-William invited the priests/brothers/sisters for supper out before sending me home. There was Independence Day celebration with the theme “Bhinneka Tunggal Ika” (=Unity in Diversity) by wearing Indonesian costumes, serving Indonesian meals and performing Indonesian dances and songs on Aug 15, 2010. I gave a reflection on Mat 12: 1-4 with the theme “Double Standard” for the prayer meeting prior to the mass on Aug 22, 2010. Here is the link: http://anastasialindawatimm.blogspot.com/2010/08/renungan-untuk-persekutuan-doa-katolik.html. There are around 150 persons who are attending the Sunday mass.
As I finished my visit to our communities in our region, I started to work as a helpline at the Indonesian desk on Thursdays in Diocesan Pastoral Center for Filipino (DPCF). Ayda or Phoe Be would help me how to answer the questions.
I also attended the Indonesian masses on second and forth Saturdays in DPCF which were organized by “IKKI HKG” (HKG Residence Community) followed by pot luck meal. There is rosary before the mass every the second Saturday and adoration of the Blessed Sacrament after the mass every forth Saturday. I was asked to be the Eucharistic Minister, say the grace before the meal, or lead the rosary. I shared my vocation story as a Maryknoll Sister and gave reflection on humility on Aug 29, 2010. Here is the link: http://anastasialindawatimm.blogspot.com/2010/08/sharing-panggilan-dan-refleksi-tentang.html.
Atik, one of the women who stay in the shelter of DPCF, invited me to attend women migrant discussion’s group of Pathfinders (http://www.pathfinders.org.hk/) who help migrant women (including those who have overstayed their HK visas) to make informed decisions affecting the welfare of themselves and their children. Most of the participants are Indonesians who are pregnant or having mix racial babies. They were presentations about sexuality and contraception by St. John's Cathedral HIV Education Centre (http://hkaids.med.cuhk.edu.hk/sjhiv/) and adoption from Mother’s Choice (http://www.motherschoice.org/pages/index.asp?pg=about_us_our_history). There were three women would go back to Indonesia with their babies and Pathfinders would give them the air ticket, allowance and loan to set up a small business.
As there are several Indonesians in the correctional institutions, I applied for a visitor’s pass. Jack Fung , the chairman of Prisoners' Friends’ Association (http://www.pfa.org.hk/eng/resources/pv1.htm), helped to book the room to meet an Indonesian woman in Lo Wu correctional institution but I couldn’t visit her yet as they were preparing the re-opening ceremony and I should leave for Guangzhou on Sep 3, 2010.
Here are several of my activities with the Indonesians in Hong Kong: celebrating Easter oikumene, attending oikumene prayer meeting and gathering, visiting the shelter of DPCF, joining Sr. Flora, RGS and Fr. Reggie, SVD to survey the first mission place of St. Joseph Freinademetz, SVD (http://en.wikipedia.org/wiki/Joseph_Freinademetz) in Yim Tin Tsai for the pilgrimage in October, visiting patients in the hospital, attending the value formation for the shelter residence on the last Monday of the month, translating an English presentation or explanation to the Indonesians, accompanying to the airport or to the court, listening to their stories and praying with them either in the back of St. Paul Convent School chapel, in the DPCF, at home, at court or over the phone.
Once, I offered a tissue to a young woman as I saw her crying while praying and then I offered to pray with her. She cried on my lap upon getting a place to pray together. I should hold my tears when she shared her complicated life story after crying on my shoulder.
When I heard several sad stories of the women migrant workers in a group sharing for the first time, I was in tense. They hope to have better life by looking for a job in Hong Kong/Macau but it does not always turn as their hope. They may face underpayment, no day off, overstay, abusive treatment, contract termination, homosexuality, gambling, debt, contract marriage, unplanned pregnancy, and sexual harassment. Of course, there are many success stories too among 130,000 women migrant workers.
As I wrote in my collaborative book with Fr. Lukas Batmomolin, SVD “Kasih Sahabat”: I realize that how little I can do in service to the universal mission of the Church but how big I am encouraged to keep move forward because mission is not just a matter of doing things for people, it is first of all a matter of being with people, of listening to, sharing and praying with them (instead of praying for them, italic added). In fact, I also learn from their experiences.
Thank you very much for Diocesan Pastoral Center for Filipino, IKKI HKG and KKIH Hati Kudus Yesus, and Pathfinders for the chance to participate in the activities so I have the opportunity to have a part time ministry before my mandarin study. May God continue to bless your missionary journey.

Pada pertemuan pertama kami, Sr. Flora, RGS meminta saya untuk membantu di pelayanan untuk orang Indonesia di Hong Kong. Saya tidak bisa berjanji karena saya belum mengetahui jadwal orientasi saya di regio Cina. Akhirnya, inilah pelayanan paro waktu saya.
Christ-Sylvia-Nico-William biasanya menjemput saya untuk berangkat ke kapel St. Paul Convent School di Causeway Bay pada hari Minggu untuk mengikuti misa yang diorganisir oleh “KKIH Hati Kudus Yesus”. Setelah misa, saya makan siang bersama dengan para pengurus dan berbincang-bincang sampai sekitar jam 18.00. Beberapa kali, Christ-Sylvia-Nico-William mengundang para imam/frater/suster untuk makan malam sebelum mengantar saya pulang. Hari Kemerdekaan RI dirayakan dengan tema “Bhinneka Tunggal Ika” dengan memakai pakaian daerah, menyajikan makanan daerah, dan menampilkan tarian dan lagu daerah masing-masing pada 15 Aug. Saya memberi renungan Mat 12: 1-4 dengan tema “Standar Ganda” untuk persekutuan doa sebelum misa pada 22 Aug. Ini link-nya: http://anastasialindawatimm.blogspot.com/2010/08/renungan-untuk-persekutuan-doa-katolik.html. Ada sekitar 150 orang yang hadir dalam misa.
Setelah selesai melakukan kunjungan ke komunitas kami, saya mulai membantu sebagai penerima telepon berbahasa Indonesia pada hari Kamis di Diocesan Pastoral Center for Filipino (DPCF). Ayda atau Phoe Be akan menolong saya bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada.
Saya juga menghadiri misa pada Sabtu kedua dan ke-empat di DPCF, yang diorganisir oleh Ikatan Keluarga Katolik Indonesia HKG yang dilanjutkan dengan makan malam bersama. Ada doa Rosario sebelum misa pada Sabtu kedua dan adorasi Sakramen Maha Kudus setelah misa pada Sabtu ke-empat. Saya diminta menjadi Pembagi Darah Kristus, memimpin doa sebelum makan atau memimpin doa Rosario bersama Dunant. Saya mensharingkan panggilan saya sebagai seorang suster Maryknoll dan memberi renungan tentang kerendahan hati pada 29 Aug. Ini link-nya: http://anastasialindawatimm.blogspot.com/2010/08/sharing-panggilan-dan-refleksi-tentang.html.
Atik, salah seorang wanita yang tinggal di shelter DPCF, mengundang saya untuk menghadiri grup diskusi wanita pekerja migran yang diselenggarakan oleh Pathfinders (http://www.pathfinders.org.hk/), yang membantu wanita pekerja migran (termasuk yang telah melewati ijin tinggalnya) untuk membuat keputusan yang benar, yang mempengaruhi kesejahteraan mereka dan anak-anak mereka. Kebanyakan peserta adalah wanita Indonesia yang sedang hamil atau mempunyai anak antar ras. Ada presentasi tentang Seksualitas dan Kontrasepsi oleh by St. John's Cathedral HIV Education Centre (http://hkaids.med.cuhk.edu.hk/sjhiv/) dan Adopsi dari Mother’s Choice (http://www.motherschoice.org/pages/index.asp?pg=about_us_our_history). Ada tiga orang wanita yang akan pulang ke Indoensia dengan bayi mereka dan Pathfinders akan menyediakan tiket dan pinjaman untuk memulai usaha.
Sehubungan dengan adanya beberapa orang Indonesia di penjara, maka saya mengajukan permohonan untuk mendapatkan kartu pengunjung. Jack Fung , Ketua of Prisoners' Friends' Association (http://www.pfa.org.hk/eng/resources/pv1.htm), membantu untuk mereservasi ruangan untuk menemui seorang wanita di penjara Lo Wu tetapi saya tidak bisa mengunjunginya karena pihak penjara sedang menyiapkan upacara pembukaan kembali penjara dan saya harus berangkat ke Guangzhou pada 3 Sep.
Beberapa aktivitas saya bersama orang Indonesia di Hong Kong: merayakan Paskah Oikumene, menghadiri persekutuan doa dan pertemuan Oikumene, mengunjungi shelter DPCF, bergabung dengan Sr. Flora, RGS and Fr. Reggie, SVD untuk melakukan survei tempat misi pertama St. Joseph Freinademetz, SVD (http://en.wikipedia.org/wiki/Joseph_Freinademetz) di Yim Tin Tsai untuk ziarah di bulan Oktober, mengunjungi pasien di RS, menghadiri pembentukan nilai untuk penghuni shelter pada hari Senin terakhir dalam bulan, menerjemahkan presentasi atau penjelasan dalam bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, menemani ke bandara atau ke pengadilan, mendengarkan cerita dan berdoa bersama mereka baik di belakang kapel St. Paul Convent School, di DPCF, di rumah, di penjara atau lewat telepon. Suatu kali, saya menawarkan tissue pada seorang wanita muda yang sedang menangis ketika berdoa dan kemudian saya menawarkan untuk berdoa bersama. Dia langsung menangis di pangkuan saya ketika kami sudah mendapatkan tempat untuk berdoa bersama. Saya harus menahan air mata saya ketika dia mensharingkan kisah hidupnya yang kompleks setelah menangis di bahu saya.
Ketika saya mendengar beberapa kisah sedih wanita pekerja migran dalam sharing untuk pertama kalinya, saya merasa tegang. Mereka berharap untuk memperoleh hidup yang lebih baik dengan mencari pekerjaan di Hong Kong/Macau tetapi hasilnya tidak selalu seperti yang mereka harapkan. Mereka mungkin menghadapi gaji di bawah standard, tidak ada hari libur, melewati ijin tinggal, perlakuan yang abusif, penghentian kontrak kerja, homoseks, judi, perkawinan kontrak, kehamilan yang tidak direncanakan, dan kekerasan seksual. Tentu saja, ada banyak kisah sukses diantara 130,000 wanita pekerja migran Indonesia.
Sebagaimana saya tuliskan dalam buku kolaboratif saya dengan Romo Lukas Batmomolin, SVD, yang berjudul “Kasih Sahabat”: Saya menyadari betapa kecil yang dapat saya lakukan dalam pelayanan untuk misi universal Gereja tetapi betapa besar saya didorong untuk tetap melangkah maju karena misi bukan hanya melakukan untuk orang lain, tetapi terutama bersama orang lain, mendengarkan, membagikan dan berdoa bersama mereka (bukan hanya berdoa untuk mereka, huruf miring ditambahkan). Pada kenyataannya, saya juga belajar dari pengalaman mereka.
Terima kasih banyak untuk Diocesan Pastoral Center for Filipino, IKKI HKG, KKIH Hati Kudus Yesus, dan Pathfinders untuk kesempatannya menghadiri berbagai kegiatan mereka sehingga saya mempunyai kesempatan untuk melakukan pelayanan paro waktu sebelum belajar mandarin. Semoga Tuhan memberkati perjalanan misionaris Anda masing-masing.

Guangzhou, Sep 6, 2010


Sr. Anastasia B. Lindawati, M.M.
Let’s do simple things with simple love to make God’s love visible

No comments:

Post a Comment