Tuesday, February 22, 2011

Sharing: First Winter Break






Joanna and I went to Macau by bus from our school on Jan 21. Sr. Annie picked us up at the border including giving the Macau bus card and accompanied us to the hotel for Joanna. As it’s my second time to Macau and first time for Joanna, so it’s like a blind leading another blind when we were on our way to A-Ma Temple Coloane. Finally, we realized that there are two A-Ma Temple that’s why we got two opinions regarding the bus. My sisters invited her to have a Portugese fish as she wished but she finally chose a wonton noodle.
Sr. Arlene and I visited Trappistine Sisters at Penha Hill. They are coming from Trappistine Sisters Gedono http://www.youtube.com/watch?v=ZuCH8S7dFcU.
After attending Sunday mass at Our Lady of Fatima, Sr. Annie and I joined the calligraphy class, went around a park nearby and visited an elderly woman.
Upon arriving Hong Kong, I applied for renewal of my passport. It finished in 3 working days. Then, I applied for Hong Kong working visa extension. I got two years. Thank s be to God.
I attended funeral mass at St. Stephen Catholic Church and memorial mass for Sr. Dorothy Rubner, MM, and also go to the wake at Funeral Parlour twice in black suit as it’s a customs for the Chinese to go to wake and funeral in non-red cloth. Here is the link about Chinese Funeral http://www.chinaculture.org/gb/en_chinaway/2004-03/03/content_46092.htm.
Sr. Joanna gave a complimentary ticket to watch the play “The Empress of China” at Hong Kong Repertory Theatre http://artblog.hk/hong-kong-repertory-theatre-the-empress-of-china/. I attended an English charismatic praise and worship the Feast http://www.facebook.com/album.php?fbid=135367566515065&id=100001254675235&aid=33868#!/profile.php?id=100001638765283 at Tung Chung.
After mass at St. Theresa’s Church on the night before Lunar New Year, Ai Lusia-Christ-Sylvia-Nico-William invited for supper. I also attended a gathering with several Indonesians and had lunch with my extended family in Hong Kong several days later. My last Lunar New Year celebration was with Maryknoll Sisters, Fathers and Brothers. Here is the link about Chinese New Year http://education2.uvic.ca/Faculty/mroth/438/china/chinese_new_year.html.
Sr. Agnes and I went to Noah’s Ark http://www.noahsark.com.hk/eng/index.php and made our Chinese New Year card from a paper cut sticker. Sr. Louise and I went to Happy Valley cemetery and Stanley. I also went to Wong Tai Sin Temple.
My sisters and I had a FUTURING workshop for three days to explore how our past has shaped our present and informs our future.
I visited my sisters in Yuen Long and Ho Man Tin, Lo Wu correctional institution, Monty and Vincent. Fr. John, Rita-Sugi-Celina-Ira-Julian, Sharon-Hubert, and ai Suen-ai Yen invited for meal.
I gave a reflection on “Doa” (=Prayer) http://anastasialindawatimm.blogspot.com/2011/02/renungan-doa_2874.html at Indonesian Prayer Group. My prayer ministry is still going on, either over the phone or face to face.
I went back to Guangzhou to register the second semester on Feb 16-17. Fei gave her friend registration’s number so I could finish it in one day.
Next week Feb 28, 2010 will be my one year in China region. I can easily go to Hong Kong. I have part time ministry with the Indonesians. I started my Mandarin study in Guangzhou. I am experiencing “give and you shall receive” more than I imagine (cf. Ef 3: 20: Now to him who is able to do immeasurably more than all we ask or imagine, according to his power that is at work within us). And, I am ready to start my second semester of Mandarin study.
Thank you very much for your hospitality, love, support, gifts, red envelopes and especially your prayers. May God continue to bless your missionary journey.
There is nothing more astonishing than life, just as it is, nothing more miraculous than growth and change, just as revealed to us. And as happens so often when we stop to regard God’s work, there is nothing to do but wonder and thank God.
(Mother Mary Joseph, 1936).
Kowloon Tong-Hong Kong, February 22, 2011
Sr. Anastasia B. Lindawati, M.M.
Let’s do simple things with simple love to make God’s love visible

Sunday, February 6, 2011

Renungan: Doa


Selamat siang semuanya.
(Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!
Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!
Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!
Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!
Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!
Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.
Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.
Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! Rom 12: 12-21)
Saya mengambil bacaan di atas karena siang ini saya akan membagikan tentang doa, untuk itu saya akan mengutip dari Katekismus Gereja Katolik tentang Doa.
Dalam Katekismus #2559 dikatakan:"Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik" (Yohanes dari Damaskus, f.o.3,24).... dan dalam Katekismus #2567 dikatakan: ”Sebelum manusia memanggil Tuhan, Tuhan memanggil manusia. Juga apabila manusia melupakan Penciptanya atau menyembunyikan diri dari hadapan-Nya, juga apabila ia mengikuti berhalanya atau mempersalahkan Allah, bahwa Ia telah melupakannya, namun Allah yang hidup dan benar tanpa jemu-jemunya memanggil setiap manusia untuk suatu pertemuan penuh rahasia dengan-Nya di dalam doa. Dalam doa, gerak cinta kasih Allah yang setia ini, pertama-tama datang dari Dia; gerak manusia selalu merupakan jawaban.
Nah sekarang tentang Doa Yesus.
Saya akan menuliskan kembali beberapa hal tentang doa Yesus, yang ditulis oleh Romo Yohanes Indrakusuma, O.Carm (http://www.indocell.net/yesaya/id563.htm) . Doa Yesus amat populer dalam tradisi Gereja Timur dan sudah tersebar luas juga dalam Gereja Katolik. Inti doa Yesus ini adalah penyeruan nama Yesus, yang bukan hanya secara mekanis saja, tetapi harus disertai dengan iman, harapan, dan kasih. Ada banyak rumusan doa ini, seperti “Yesus, Yesus, Yesus kasihanilah aku,” atau “Yesus, Yesus” atau “Yesus” saja. Doa Yesus ini hendaknya bukan hanya aktivitas lahiriah saja, namun harus membawa kita kepada doa yang lebih batiniah. Untuk mencapai tujuan itu kita dapat mengiramakan doa itu dengan pernapasan, seturut keluar masuknya napas. Misalnya: waktu menarik napas mendoakan “Tuhan Yesus Kristus”, waktu mengeluarkan napas menyerukan “kasihanilah aku.” Dapat pula “Tuhan” dan “Yesus” atau “Ye” dan “sus.” Dengan mengatur doa seturut pernapasan, roh kita menjadi tenang, menemukan damai.
Doa Yesus bisa dilakukan dengan duduk di kursi/bantal doa/bersila setengah lotus, punggung tegak, pandangan lurus ke depan, tangan diletakkan di pangkuan dengan posisi terbuka atau tertelungkup, pejamkan mata, bernapas biasa.
Bisa dilakukan 5-10 menit di pagi hari sebelum melakukan aktivitas, dan bertambah sampai sekitar 30 menit seiring dengan berjalannya waktu. Biarpun sering melantur atau merasa kering, dengan setia tetap dilakukan sebab dalam keheningan dan ketenangan, Allah dapat menyatakan diri secara rahasia kepada jiwa. Sama seperti bila kita berjemur di bawah sinar matahari, maka tanpa kita tahu bagaimananya kulit kita akan menjadi lebih gelap. Berdoa dalam keheningan dan ketenangan, seperti berjemur di bawah sinar kasih Allah, yang bisa membuat hati kita mulai berkobar dalam cinta kasih Allah dan lebih merindukan Dia.
Dalam doa Yesus kadang-kadang timbul gejala seperti: badan bergoyang ke depan atau ke belakang, ke samping, melihat terang / sinar, melihat vision / penampakan, tangan bergetar, merasa dipeluk Yesus, air mata mengalir, mengalami aliran hangat atau dingin, dll. Kalau ada pengalaman-pengalaman tersebut tidak usah diperhatikan, dalam doa janganlah mencari pengalaman-pengalaman. Kalau ada pengalaman bersyukur, tidak ada pengalaman juga tetap bersyukur. Sebab dalam doa itu, kita tidak mencari hiburan/pengalaman, melainkan mencari Yesus yang hadir dalam hati kita. Kalau terjadi pelanturan jangan menjadi marah atau jengkel, tetapi dengan tenang kembali lagi menyadari kehadiran Tuhan dan menyerukan nama Yesus.
Lewat doa Yesus, kita dapat mengalami penyembuhan dari kekacauan psikis, kekosongan hidup masa lampau, dibebaskan dari ikatan-ikatan yang tidak teratur, mengalami cinta kasih Allah yang tak terkatakan, dibebaskan dari segala macam kerisauan, lebih tahan menanggung segala beban dan salib kehidupan, akan lebih dapat menyelami misteri Allah, baik dalam Kitab Suci maupun karya Allah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat membantu kesehatan kita karena pernafasan yang teratur.
Bila suatu saat merasa tertarik untuk diam saja tanpa mengucapkan sesuatu, maka turuti saja dorongan untuk diam itu tanpa menyebut nama Yesus. Asalkan dalam diam itu, kita secara samar-samar menyadari bahwa Allah hadir.
Doa Yesus juga bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, misalnya ketika sedang cemas, ketika tidak bisa tidur, dan ketika melakukan tugas sehari-hari seperti ketika menunggu menjemput anak majikan di sekolah, dll.
Demikianlah tentang doa Yesus.
Dalam bacaan tadi, kita mendengar tentang bagaimana hidup berkomunitas: saling membantu, memberkati, ber-empati, berdamai dengan semua orang, mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, dll.
Kini saya akan mengutip dari tulisan Francis MacNutt (http://www.christianhealingmin.org/): Para rasul bukanlah sarjana teologi atau orang genius, tetapi mereka dipilih dan diberi kuasa oleh Tuhan Yesus dan Roh Kudus untuk meneruskan karya Allah, sebagaimana pelayan doa sekarang ini dipanggil untuk menjadi mata, telinga, tangan dan hati Allah di dunia ini. Kita harus kembali pada evangelisasi yang dilakukan oleh Gereja Perdana: Umat Kristen harus mengenal Allah, diberi kuasa melalui Pembaptisan dalam Roh dan kemudian menghabiskan waktu dengan orang yang terluka, menyembuhkan mereka dan menceritakan kepada mereka tentang Allah, yang adalah sumber penyembuhan, kebebasan dan hidup. Allah tidak membutuhkan orang dengan talenta/sumber daya yang spektakuler. Allah membutuhkan orang biasa yang menawarkan kasih dan pertolongan kepada seseorang yang sedang terluka. Menjawab panggilan Allah sebagai pelayan doa berarti kita bersedia menjangkau orang lain kapan pun, dimana pun, dan kepada siapa pun Allah meminta kita melakukannya, baik ketika melakukan pelayanan secara formal maupun ketika berada bersama orang lain ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Ada dua elemen dalam doa penyembuhan: kata-kata yang diucapkan dan penumpangan tangan”
Dari tulisan di atas tampak bahwa kita semua, tidak hanya kaum religius tetapi juga kaum awam, dipanggil untuk menjadi pelayan doa dalam hidup kita sehari-hari. Jadi bila ada orang yang sedang terbeban, kita bisa mendoakannya, baik sendiri maupun bersamanya.
Salah satu rumusan yang bisa dipakai adalah sebagai berikut:
Tanda Salib
(Hening, tumpangkan tangan di atas bahu/dahi/bagian yang sakit dengan memberi jarak)
Terima kasih ya Allah atas kehadiranMu pada saat ini.
Terima kasih atas rahmat kehidupan (Nama).
Terima kasih atas segala berkat dan rahmat yang telah Engkau curahkan kepadanya.
Terima kasih atas cinta yang ada diantara (Nama suami/istri/anak) yang mengalir dari cintaMu sendiri yang tidak bersyarat.
Engkau tahu …(sebutkan beberapa kenyataan yang ada) dan betapa kami berharap akan…..(sebutkan permohonannya)
Kami tahu kami tidak berkuasa melakukan apapun, tapi kami percaya bahwa rahmatMu cukup untuk mengabulkan permohonan kami ini.
Atas nama Yesus Kristus, kami mohon (ulangi lagi permohonannya)
Berikanlah penghiburan sebagaimana yang Engkau janjikan sejak awal mula kehidupannya dalam rahim ibunya.
(tawarkan ybs untuk berdoa)
Sekali lagi yang Allah, terima kasih atas rahmat kehidupan, segala berkat dan rahmat, cinta, penghiburan,….
Semuanya ini kami mohon dengan perantaraan Kristus Tuhan kami.
Bapa Kami
Salam Maria
Kemuliaan
Sebaiknya memberitahu yang bersangkutan, bahwa setelah tanda salib kita akan hening sejenak dan setelah kita berdoa, kita akan menawarkan yang bersangkutan untuk berdoa juga dan kemudian kita akan melanjutkannya. Juga menanyakan apakah kita diperbolehkan menumpangkan tangan. Dengan mengajak yang bersangkutan untuk berdoa bersama, menjadikan kita rendah hati karena terkabulnya bukan karena doa kita pribadi tetapi karena doa yang bersangkutan juga. Berdoalah dengan membuka mata sehingga kita bisa melihat kondisi yang bersangkutan, seperti menangis, duduk dengan nyaman/tidak, dll sehingga kita bisa memberinya tissue atau membuatnya merasa nyaman, dll. Terkadang yang bersangkutan merasa hangat pada bagian yang sakit.
Ajakan untuk berdoa bersama ini juga bisa dilakukan melalui telepon, bisa dengan meminta yang bersangkutan untuk menumpangkan tangan pada bahu/dahi/bagian yang sakit.
Janganlah kecewa bila mereka menolak untuk diajak berdoa bersama, karena tidak semua orang terbuka untuk melakukannya, tetapi kita tetap bisa mendoakannya secara pribadi. Perlu juga diingat untuk menjaga kerahasiaan pembicaraan dengan yang bersangkutan.
Saya akan menutup renungan ini dengan mengutip St. Vincensius a Paulo: “Berilah aku seorang pendoa, maka ia akan mampu melaksanakan segalanya.”
Hong Kong, 5 Februari 2011
Sr. Anastasia B. Lindawati, M.M.
Let’s do simple things with simple love to make God’s love visible
P.S. Renungan ini dibawakan untuk PDK Hati Kudus Yesus Hong Kong pada 6 Feb 2011