Kembali ke Dasar
Pada permulaan musim pertandingan baseball (semacam kasti), pelatih harus mengajak
para pemainnya belajar kembali ke dasar. Dia harus mengingatkan mereka pada
tiga poin penting: cara membuat gerakan tangan, waktu untuk mengayun, dan pentingnya
untuk melihat bola, dll. Kehebatan
pemain di musim pertandingan sebelumnya tidak berpengaruh. Dia harus memulai latihan musim semi dengan
hal-hal mendasar sebab sebelum dia dapat melakukan hal-hal yang besar dalam
olah raga, dia harus yakin bahwa dia telah melakukan hal-hal yang sederhana dan
mendasar dengan baik.
Hal ini juga berlaku dalam hidup rohani. Masa Pra Paskah adalah waktu untuk perbaikan,
untuk kembali ke dasar, untuk mengingat hal-hal yang mendasar. Inilah alasan
mengapa Gereja meminta kita melihat pada permulaan Kitab Kejadian, kisah
tentang penciptaan dan kejatuhan manusia.
Mungkin kita berpikir bahwa kita telah sering mendengarnya
– tetapi kita perlu mendengarnya lagi: “Tuhan Allah membentuk manusia itu dari
debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah
manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” (Kej 2: 7) Pada hari Rabu Abu, kita mendengar gema dari
kalimat ini, “Ingatlah,
Engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu” (Kej 3:19).
Pada hari Rabu Abu, kita diingatkan bahwa hidup
kita berasal dari Tuhan. Keberadaan kita
berasal dari Tuhan. Kita tidak memiliki
apapun. Kita tidak
mempunyai apapun yang berasal dari diri kita sendiri. Setiap tarikan nafas kita adalah sebuah
pengingat akan ketergantungan kita kepada Tuhan, setiap denyut jantung kita
adalah sebuah pengingat bahwa Tuhan adalah Allah.
Dengan dimulainya masa Pra Paskah, mari kita
mengambil waktu beberapa menit untuk merenungkan kenyataan bahwa tanpa Tuhan,
kita bukan siapa siapa dan bersyukur bahwa Tuhan mencintai keberadaan kita.
Kutipan:
Berserah kepada Tuhan berarti kepenuhan hidup, bukan kompromi dari
kebebasan kita.
No comments:
Post a Comment