Sehubungan tidak pastinya jadwal keberadaan saya di Hong Kong, maka saya memutuskan untuk mengikuti Pemilu 2014 lewat
pos. Saya mendaftar langsung ke Konjen
RI di Hong Kong meskipun Konjen membuka fasilitas untuk mendaftar lewat
sms.
Setelah mengikuti pelatihan
kepemimpinan di tahun 1995, saya terdaftar sebagai anggota Partai Demokrasi
Indonesia. Saat itu, bukanlah hal yang
umum bagi seorang penyandang status triple minoritas: keturunan China, wanita
dan Katolik, menjadi anggota partai politik.
Sayangnya saya hanya punya kartu anggota, saya tidak pernah datang ke
acara-acara partai karena kesibukan pekerjaan pertama setelah lulus
kuliah. Karena beberapa kali pindah
rumah (Jakarta, Tulungagung, Surabaya, dan Mojoagung sebelum ke USA dan Hong
Kong) akhirnya kartu anggota itu terselip entah dimana.
Dengan adanya peristiwa 27 Juli 1996
dan terbentuknya PDI Perjuangan, maka partai pilihan saya adalah PDI Perjuangan. Seingat saya, saya tidak pernah golput atau setidaknya
tidak pernah punya niat menjadi golput.
Saatnya pemilihan Presiden
2014. Melihat dua calon yang ada, tidak
sulit untuk menentukan pilihan. Jokowi. Saya sempat share beberapa link di facebook
tentang calon yang ada, termasuk surat terbuka Rm. Magnis Suseno, SJ https://www.facebook.com/notes/welcome-to-agus-pribadi/surat-rm-magnis-tentang-pilpres-2014/696550417061592.
Surat suara Pileg sampai di biara
tepat waktu sedangkan surat suara Pilpres belum sampai di biara walaupun sudah
tanggal 5 Juli siang. Akhirnya saya memutuskan untuk datang ke TPS
di Victoria Park pada 6 Juli sore. Saya
sampai di lokasi TPS sekitar jam 16.40, cuaca masih panas sekali. Panitia mengumumkan dengan pengeras suara di
dekat pintu masuk terluar, yang membawa surat undangan bisa langsung menuju ke
TPS, yang tidak membawa surat undangan diminta mengisi formulir validasi (warna
kuning) dan antri masuk ke TPS. Panitia juga mengumumkan berkali-kali bahwa
pintu masuk akan ditutup jam 17.00 (tertera di surat pemberitahuan). Saya berhasil melewati pintu masuk bagian
dalam (dengan tulisan Pemilu Presiden 2014: Pintu Masuk) dan antri di TPS no.
13. Salah seorang panitia berbaju bebas meminta
mengisi formulir validasi berwarna pink, ketika saya tanya alasannya, beliau
menjawab tidak tahu. Saya tidak
mengisinya meskipun sebagian besar antrian di depan saya membawa form validasi
berwarna pink. Sebelum saya masuk ke
TPS, Panitia mengumumkan penutupan pintu masuk (bagian dalam) karena
sudah jam 17.00. Saya sempat terharu
ketika mendengar salah seorang BMI mengatakan bahwa seumur hidup belum pernah
mengikuti pemilu, tetapi kali ini ikut memilih karena Jokowi, yang diiyakan oleh
pemilih di sebelahnya.
Saya masuk ke TPS 13, menunjukkan
kartu identitas Hong Kong saya kepada petugas validasi berkaos abu-abu (seingat
saya ada 4 petugas, ada laptop). Petugas
memilih “tidak terdaftar” di formulir validasi warna kuning saya, jadi saya
info kalau saya sudah terdaftar tetapi surat suara belum sampai, ditanyakan ke petugas pemberi surat suara di
meja satunya (di meja ini ada dua orang pemberi surat suara, dua orang yang
menghitung jumlah orang yang masuk ke bilik suara dan satu orang lagi), petugas
pemberi surat suara meminta saya menunggu surat suara, jadi saya bertanya kalau
surat suara terlambat bagaimana, dijawab ditunggu saja, tetapi lalu dia mengatakan
bahwa dia percaya saya tidak akan mengirimkan surat suara lewat pos dan meminta
petugas validasi memasukkan saya ke kelompok DPTLN (?). Ada 5 bilik suara, pemilih hanya boleh
membawa surat suara ke dalam bilik suara, tas diletakkan di luar bilik suara,
di dalam bilik suara sudah disediakan paku untuk mencoblos. Setelah memasukkan surat suara ke kotak
suara, menandai jari dengan tinta, pemilih bisa keluar dari TPS. Dari data Panitia Pemilu Indonesia 2014 –
Hong Kong, ada 23,856 pemilih, artinya dengan 13 TPS x 5 bilik suara x 8 jam x
360 detik, setiap pemilih menyelesaikan
pilihannya dalam waktu kurang dari 7.84 detik).
Setelah keluar dari TPS, artinya jam
5 lewat, saya masih sempat berfoto bersama beberapa BMI lalu berjalan keluar
lokasi. Saat itu masih terdengar teriakan
(dari panitia) agar yang membawa undangan secepatnya masuk lokasi TPS. Saya melihat beberapa orang berfoto bersama
dengan menunjukkan undangan. Keesokkan
harinya, saya cukup kaget ketika mendengar Pemilu di Hong Kong ricuh karena ratusan
orang tidak bisa menggunakan hak pilihnya.
Puji Tuhan bahwa hasil quick count
Pilpres 2014 siang ini, 52.54% suara untuk Jokowi-JK http://news.detik.com/pemilu2014/quickcountpilpres,
meskipun masih harus menunggu hasil penghitungan dari Komisi Pemilihan Umum. Sebagaimana dikatakan Jokowi dalam deklarasi
kemenangannya, “Ini adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia.” (http://www.lensaindonesia.com/2014/07/09/deklarasi-kemenangan-jokowi-pidato-politik-di-tugu-proklamasi.html)
Hong Kong, Jul 10, 2014
Sr.
Anastasia B. Lindawati, M.M.
Let’s
do simple things with simple love to make God’s love visible
P.S. 11 Juli 2014: Ternyata surat dari PPLN dikirim tanggal 30 Juni dan sampai di kantor sekolah 4 Juli dan mungkin diantar ke biara 7 Juli karena sabtu minggu libur. Saya baru kembali ke Hong Kong 9 Juli, hari ini saya buka suratnya, ternyata isinya undangan untuk mencoblos bukan surat suara.
P.S. 11 Juli 2014: Ternyata surat dari PPLN dikirim tanggal 30 Juni dan sampai di kantor sekolah 4 Juli dan mungkin diantar ke biara 7 Juli karena sabtu minggu libur. Saya baru kembali ke Hong Kong 9 Juli, hari ini saya buka suratnya, ternyata isinya undangan untuk mencoblos bukan surat suara.
No comments:
Post a Comment