Renungan di bawah ini merupakan terjemahan
dari "FREE daily Lent Reflections from Fr. Robert Barron" ( http://www.lentreflections.com/)
Godaan Pertama
Godaan-godaan yang dihadapi Yesus mungkin kelihatan
sedikit asing bagi kita, tetapi pada kenyatannya, godaan-godaan ini terletak
pada semua godaan manusia. Godaan-godaan
ini adalah pengganti klasik dari yang baik, yaitu kehendak Tuhan sendiri.
Godaan besar yang pertama adalah memusatkan hidup
kita pada barang-barang duniawi dan kepuasan hasrat jasmani: “Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepadaNya:” Jika
Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” (Mat
4:4) Yesus, yang sedang kelaparan setelah
berpuasa selama 40 hari, merasakan godaan untuk menggunakan kekuasaan ilahiNya
untuk memuaskan keinginan jasmaniNya.
Ini
berarti Yesus merasakan tarikan untuk membuat pemuasan hasrat jasmaniNya
sebagai pusat dan dasar dari hidupNya.
Ini adalah tarikan ke arah hedonisme – sebuah filosofi yang menyatakan
bahwa hidup yang baik adalah hidup yang terpuaskan secara jasmani. Makanan, minuman, seks, barang-barang
duniawi, uang, kenyamanan, perasaan aman akan masa depan adalah nilai tertinggi
bagi banyak orang, khususnya dalam masyarakat kita.
Banyak sekali orang, sepanjang sejarah dan sampai
hari ini, terjerumus dalam godaan yang sangat kuat ini. Godaan ini sangat kuat karena hasrat-hasrat
ini sangat mendasar. Thomas Merton
mengatakan bahwa hasrat jasmani – akan makanan, kenyamanan, kesenangan, seks –
adalah seperti anak kecil karena mereka sangat aktif dan sangat menggoda.
Hidup kita tidak akan menuju ke kedalaman jika kita
didominasi oleh hasrat-hasrat jasmani.
Karenanya dalam ritual inisiasi kebanyakan orang-orang primordial, puasa
atau pengurangan kepuasan jasmani sangat penting. Hal ini juga menjadi alasan mengapa inisiasi
ke dalam hidup yang penuh tuntutan, seperti dalam militer, seringkali juga termasuk
pengurangan kepuasan jasmani.
Jiwa kita akan mati ketika kita membuka diri pada godaan
karena jiwa telah terhubung dengan Tuhan, untuk perjalanan menuju yang ilahi, untuk
penglihatan surgawi. Ketika hasrat jasmani
mendominasi, hasrat yang lebih mendalam dan kaya itu tidak akan pernah dirasakan
atau diikuti. Hasrat ini, sebagaimana
yang dikatakan Merton, seperti anak kecil, terus meminta perhatian.
Itulah sebabnya Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti
saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Arti hidup jauh lebih besar dari kepuasan jasmani. Kasih, kesetiaan, relasi, keluarga, hidup
moral, kepuasan estetis, aspirasi akan Tuhan jauh lebih penting. Betapa tragis ketika Anda berpikir bahwa
hidup terbatas pada kepuasan pengalaman-pengalaman jasmani.
Kutipan:
Jangan memusatkan hidupmu pada kebutuhan-kebutuhan biologis dan
psikologis. Bukalah hidupmu pada
kehendak Tuhan.