Saturday, March 28, 2015

Renungan 2015: Hari Minggu Palma


Renungan di bawah ini merupakan terjemahan dari "FREE daily Lent Reflections from Fr. Robert Barron" ( http://www.lentreflections.com/)

Seorang Raja dan Seekor Keledai

Pada hari Minggu Palma ini, saya ingin merefleksikan seorang raja dan seekor keledai.  Pada jaman Yesus, seekor keledai lebih dari apa yang ada saat ini: seekor binatang kecil yang rendah hati, sederhana, tidak berlagak, yang dipakai oleh orang yang sederhana untuk membantu pekerjaan mereka.  Orang kaya dan berkuasa mungkin mempunyai banyak kuda atau sekelompok lembu jantan, sedangkan pemimpin politik mungkin menunggang kuda kenegaraan, tetapi tidak ada seorangpun dari mereka yang memakai keledai.

Selama pelayanan publik-nya, Yesus menolak ketika dipanggil sebagai Mesias.   Yesus dengan tegas meminta mereka untuk diam.  Ketika orang-orang membawa dan menjadikanNya sebagai raja, Dia menyingkir.  Tetapi pada saat menunggang keledai menuju Yerusalem, Dia bersedia untuk diakui sebagai raja. Pesan dalam Injil sangat jelas bahwa itu bukan hanya seekor keledai, itu adalah anak keledai jantan, yang belum pernah ditunggangi orang.  Itu adalah seekor keledai muda, yang tidak berpengalaman dan tidak mengesankan.  Binatang inilah yang ditunggangi Yesus menuju ke kota dalam kemenangan.  Dia bukan seorang raja biasa, Dia bukan Mesias yang mereka harapkan..

Marilah kita sekarang melihat lebih dekat pada keledai itu.  Yesus meminta dua orang muridNya untuk pergi ke kampung sebelah dan menemukan beban ini.  “Jika ada orang mengatakan kepadamu: Mengapa kamu lakukan itu, jawablah: Tuhan memerlukannya.” Keledai yang rendah hati, yang dipaksa untuk melayani, adalah model pemuridan.  Tujuan hidup kita bukanlah untuk menarik perhatian pada diri sendiri, untuk memiliki karir yang hebat, untuk memperbesar ego kita, tetapi tujuan hidup kita adalah untuk melayani kebutuhan majikan, dimana ketika ada kecocokan, bersedia bekerjasama dalam pekerjaannya.

Apa tugas keledai?  Dia adalah Christopher, pembawa Kristus.  Dia membawa Tuhan menuju Yerusalem, menyiapkan jalan untuk sengsara dan penebusan dunia.  Apakah ada orang yang secara khusus memperhatikannya?  Mungkin tidak, kecuali mungkin menertawakan binatang yang lucu ini.

Apa tugas seorang murid?  Sama seperti keledai: menjadi seorang Christopher, pembawa Kristus kepada dunia.  Mungkinkah kita tidak memperhatikan hal ini?  Ya.  Mungkinkah kita menertawakannya?  Pasti.  Tetapi Tuhan membutuhkan kita, jadi kita melakukan tugas yang penting.

Kutipan: Hidupmu bukan tentang kamu.

Thursday, March 26, 2015

Sharing: The Sixth Youth Gathering of Holy Family Church


With the help of several volunteers, I organized the sixth gathering of Holy Family Church on March 7, 2015  The theme was “Catholic Social Teaching” and was attended by more than 40 youth from different Churches in Shenzhen including the volunteers.  

The registration was begun at 9:30 a.m. Several youths attended the morning Mass. While waiting the gathering, we showed the video of the activities during the youth gatherings.  I prepared the PPT of the flow of the gathering.  Ms. Wu and Xie taught the action song of “把冷漠变成爱” (=Changing the coldness to love) followed by welcoming speech by Fr. Lu.  He led us to sing “把冷漠变成爱“ as our opening prayer.   Here is the link of the video:  http://video.baomihua.com/url44721876/28671716?ab02

Sr. Huang decided to share several the social works in mainland instead of delivering the presentation “Catholic Social Teaching,” which I got from the Justice and Peace Commission of Hong Kong Diocese.

After the sharing, I asked the participants to discuss a charity work while having lunch in a small group.  The charity work should be done together as a small group and they should go back to the Church before 3.00 p.m.  Fr. Lu, Sr. Huang and I had a lunch together.   Four small groups cleaned up the Church including the toilet, one small group picked up garbage at the street and one small group went to Dong Hu Park to distribute Women’s Day card to the students. 

Ms. Deng shared her experiences about her charity works followed by presentation by Ms. Yun about our Bible Study Group.  Ms. Luo led the small group sharing including how they made the decision to do the charity work followed by group reports led by Mr. Wu.  Most of the groups were thinking to pick up garbage at the first place but then they decided to clean the Church.  Everyone on the small group should introduce himself/herself before presenting the small group discussion. 

The youth from St. Francis Xavier Church, the choir of Christ the King Church introduced their group followed by Mr. Wu who introduced Holy Family Youth Gathering.

Fr. Lu said he was moved when he saw the youth picked up garbage at the street.  He summarized the gathering before dinner.  We distributed our 2015 Lenten Campaign Plastic Folder with RMB 5.00 inside and hopefully they will join us do it.

Several youth attended the anticipated Sunday Mass by sitting together on the front rows, several youth were volunteering for the Mass, and most youth went home especially the ones from other Churches. 

Here is the link of the pictures: share.shutterfly.com/action/welcome?sid=0EbuWrFm4ZM2PR.


Hong Kong, March 25, 2015

  

Sr. Anastasia B. Lindawati, M.M.


Let’s do simple things with simple love to make God’s love visible

Saturday, March 21, 2015

Renungan 2015: Hari Minggu Pra Paskah Ke-5


Renungan di bawah ini merupakan terjemahan dari "FREE daily Lent Reflections from Fr. Robert Barron" ( http://www.lentreflections.com/)

Suara Sang Gembala

Seorang gembala yang baik, yang sungguh memperhatikan domba-dombanya, mengenali suara yang digembalakannya.  Seperti seorang ibu yang dapat mengenali suara anak-anak-nya, demikian juga seorang gembala dapat mengenali suara domba-dombanya.  Dan hebatnya, domba juga dapat mengenali  suara gembalanya.  Ketika mereka mendengarnya, meraka akan berbaris dengan baik, sebab mereka tahu bahwa gembala adalah kunci dari kebaikan mereka.

Tuhan Yesus, sebagai Gembala yang Baik, mengatakan bahwa Dia datang untuk menyatukan para bangsa, dan sebagai implikasinya, para bangsa akan mengenali suaraNya ketika mereka mendengarnya.  Apa yang mendorong orang untuk menerima Tuhan Yesus?  Apa yang menarik perhatian mereka ketika mereka membaca Kitab Suci atau menerima Sakramen?

Kita dapat mengatakan bahwa jawabannya adalah kebiasaan, latar belakang atau keberuntungan tetapi saya pikir sedang terjadi sesuatu yang lebih mendalam.  Ada resonansi ketika suara Kristus didengar dengan tepat karena seluruh dunia telah terhubung untuk mendengarnya.  Suara Tuhan Yesus adalah suara penggumpul.  Kita, para domba yang hilang, secara implicit dapat mengenali dan menanggapinya.

Tuhan Yesus jauh lebih dari sekedar model inspirator moral dan jauh lebih dari seorang santo yang kita kagumi dedikasi dan kasihnya.  Tuhan Yesus adalah seorang yang mengenal kita secara pribadi.  Dia adalah seseorang, yang dapat mengenali suara kita diantara keributan di sekitar kita, yang mengetahui nama, kebutuhan dan hasrat kita yang khusus.  Kita dikenaliNya.  Ketika kita berdoa dengan cara yang khusus, kita didengarkan.

Dan lebih dari itu, kita mendengar suaraNya dan mengenaliNya karena suaraNya adalah kunci dari kebaikan kita.  Kita telah terhubung dengan Sabda Allah, dan Tuhan Yesus adalah Sabda yang menjadi manuasia.  Secara insting kita mengetahui bahwa Dia memiliki sabda untuk hidup kekal.  Dan seperti domba yang rindu untuk diperintah, kita juga rindu untuk diatur oleh Sabda Allah.

Kutipan: Semua budaya mengarahkan kita menuju otonomi, tetapi hal ini bukan yang memuaskan jiwa.