Seorang Raja dan Seekor Keledai
Seekor keledai di jaman Yesus lebih berarti bila dibanding jaman
sekarang: binatang kecil yang rendah hati, sederhana dan tidak berlagak, digunakan
oleh orang biasa untuk mengerjakan pekerjaannya. Orang yang kaya dan berkuasa mungkin
mempunyai kuda atau sapi, sedangkan para pemimpin politik mungkin menunggang
kuda kenegaraan, tetapi tidak seorang pun dari mereka akan menunggang keledai.
Sepanjang karir publiknya, Yesus menolak ketika orang-orang memanggilnya
Mesias. Dia dengan tegas meminta mereka
untuk diam. Ketika mereka datang untuk
menjadikannya Raja, dia menyingkir.
Tetapi dia bersedia untuk dinyatakan sebagai Raja ketika menuju Yerusalem
dengan menunggang keledai. Pesan Injil dengan jelas menyatakan bahwa ini tidak
sekedar seekor keledai, ini adalah seekor anak keledai, yang belum pernah
ditunggangi orang. Ini adalah keledai muda yang tidak berpengalaman dan tidak
mengesankan. Ini adalah binatang yang dikendarai Yesus menuju ke kota dengan
kemenangan. Dengan kata lain, dia bukan
Raja biasa, dia bukanlah Mesias yang mereka harapkan.
Marilah kita sekarang melihat lebih dekat pada binatang tersebut. Yesus mengatakan kepada dua muridNya untuk
pergi ke kampung untuk menemukan binatang tunggangan. “Jika ada orang yang
bertanya kepadamu, jawablah begini, ‘Tuhan memerlukannya” (Mat 21:3). Keledai rendah
hati, yang dipaksa untuk melayani, adalah model pemuridan. Tujuan hidup kita bukanlah untuk menarik
perhatian pada diri kita sendiri, untuk memiliki karir yang sangat cemerlang
atau untuk memeperbesar ego kita. Tetapi
tujuan kita adalah melayani kebutuhan Tuhan – untuk bekerjasama sesuai dengan
kebutuhan karyaNya.
Apakah tugas keledai? Dia adalah “Christopher,”
pembawa Kristus. Dia membawa Tuhan menuju Yerusalem, membuka jalan untuk
sengsara dan penebusan dunia. Adakah orang
yang akan secara khusus memperhatikannya?
Mungkin tidak ada, kecuali mungkin menertawakan binatang yang lucu
ini.
Tugas setiap murid sama, yaitu menjadi seorang “Christopher,” pembawa
Kristus kepada dunia. Mungkinkah kita
tidak diperhatikan? Ya. Mungkinkah kita ditertawakan? Pasti. Tetapi Tuhan memerlukan kita, maka kita
melakukan tugas yang penting ini.
No comments:
Post a Comment