Musuh Terakhir
Allah membenci kematian dan tidak ingin berhubungan dengannya. Berikut ini adalah kata-kata nabi Yehezkiel: “Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu,
hai umat-Ku, dari dalamnya, ….
“ (Yeh 37 :12)
Ini dikatakan setelah pemandangan yang menakjubkan tentang tulang-tulang
kering yang hidup kembali.
Ada sebuah petunjuk penting dari pemandangan di atas. Tulang-tulang kering ini ada di tempat itu
karena telah terjadi pertempuran di tempat itu.
Kematian, ketakutan akan kematian, dihadapkan pada kematian menguasai
manusia dan menjadi dasar dari dosa dan penindasan. Berpikirlah sejenak: semua dosa berasal dari
ketakutan akan kematian. Setiap tirani,
yang pernah ada, telah berhasil menimbulkan ketakutan akan kematian dalam diri
masyarakat.
Tetapi bagaimana kalau kematian, sebagaimana yang kita
ketahui dan alami, bukanlah yang Allah maksudkan. Bagaimana jika ada sesuatu yang Allah ingin
lakukan sekali saja dan untuk semua orang dalam rangka menghapuskan kematian? Kitab Kejadian menyatakan bahwa kematian
berasal dari dosa. Ingatlah bahwa
kematian bukanlah pembubaran badan, yang tampak sebagai bagian dari proses
alami. Kematian sebagaimana yang kita
alami, sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengerikan – dikarenakan kita telah
berpaling dari Allah.
Pada hari Jumat Agung ini, penting untuk mengingat bahwa
Yesus datang sebagai pendekar, yang musuh terakhirnya adalah kematian. Saya tahu betapa mudah menganggap Yesus
sebagai guru moral yang baik dan memberi inspirasi, tetapi ini bukan
sebagaimana yang dipaparkan dalam Injil.
Dia adalah pendekar kosmis, yang telah datang untuk berperang melawan
semua kekuatan yang menghalangi kita untuk hidup sepenuhnya.
Sepanjang Injil, Yesus berhubungan dengan pengaruh-pengaruh
kematian dan budaya yang terobsesi pada kematian : kekerasan, kebencian,
egoisme, pengusiran, agama dan komunitas palsu.
No comments:
Post a Comment