Renungan di
bawah ini merupakan terjemahan dari
Kita hanya mengetahui sedikit tentang Yusuf. Tentu saja ada beberapa legenda dan cerita
tentang Yusuf, tetapi pada akhirnya harus dikatakan hanya sedikit informasi tentang
Yusuf. Ada beberapa tema spiritual yang
kuat tentang Yusuf, yang semuanya berpusat pada kelahiran Yesus.
Pertama, kita melihat kesedihan dan keraguan Yusuf. Dia telah bertunangan dengan Maria dan berdasarkan
hukum agama pada saat itu, pertunangan ini diberkati Allah. Tetapi kemudian dia mengetahui bahwa
tunangannya mengandung.
Ada hal yang secara universal dan kontemporer sangat mengerikan
mengenai hal ini dan mengenai dinamika psikologis yang ada. Pertunangan tersebut harus diputus: betapa
memalukan dan sulit. Apa yang akan
dikatakan orang?
Tetapi lebih dari itu, pertunangan itu harus diputus
karena kehamilan yang tidak wajar. Untuk
seseorang, yang mematuhi hukum dan memikirkan statusnya dalam masyarakat, hal
ini sangat memalukan. Dan lebih lagi,
hal ini pasti sangat menyakiti lubuk hatinya: perasaan dikhianati oleh orang
yang dicintainya.
Ada penghargaan yang sangat tinggi mengenai kesalehan dan
kebaikan Yusuf, dimana dia tidak mengikuti rasa frustrasinya, yang bisa dimengerti
oleh sebagian besar orang. Dia menelan
rasa sakitnya dan melihat pada perasaan Maria.
“Tidak bersedia untuk membuatnya malu,” dia memutuskan untuk menceraikan
Maria secara diam-diam. Bagaimanapun,
hal ini pasti merupakan sebuah kekecewaan besar.
Pada taraf yang lebih dalam, hal ini merupakan krisis
spiritual. Apa yang direncanakan
Allah? Apa yang Allah ingin dia
lakukan? Yusuf tidak bisa melihat cara
yang baik yang perlu dilakukan.
Kemudian malaikat menampakkan diri dalam sebuah mimpi dan
mengatakan, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai
istrimu.” Sejak saat itu Yusuf menyadari bahwa kejadian yang membingungkan ini
merupakan bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Apa yang dilihatnya sebagai bencana,
mempunyai arti dalam perspektif Allah.
Selanjutnya kita baca bahwa, “Yusuf berbuat seperti yang
diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.
Ia mengambil Maria sebagai istrinya” (Mat 1:24). Yusuf bersedia
bekerjasama dengan rencana ilahi, meskipun dia tidak mengetahui garis besar
maupun tujuan terdalamnya. Seperti Maria
pada saat diberi kabar gembira, dia mempercayakan diri dan membiarkan dirinya
dibimbing.
No comments:
Post a Comment