Sunday, July 18, 2021

Liputan: Paroki Katedral Bogor

                                                     


P.S. Berita Umat Mei 91


Kidungkanlah Lagu, Pujilah Tuhan

 

Bertepatan dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam tanggal 24 November lalu di Aula Regina Pacis Bogor telah diadlkan Lomba Koor dan Festival Lagu Gereja Paroki Katedral Bogor.

Dengan mengambil tema Kidungkanlah Lagu, Pujilah Tuhan; lomba dan festival ini diikuti oleh sembilan kelompok koor dan sepuluh kelompok paduan suara peserta festival.

Lomba koor, yang merupakan acara pokok, dimaksudkan untuk menggiatkan umat dalam liturgi melalui koor wilayah, yang nantinya untuk bertugas di Perayaan Ekaristi di gereja Katedral Bogor.  Tahun ini, yang merupakan penyelenggaraan yang kelima kalinya, setiap wilayah diwajibkan untuk mengirimkan wakilnya tetapi karena wilayah Ciampea sedang sibuk dengan pembangunan Gereja maka untuk tahun ini mereka absen.

Salah satu wilayah yang pantas untuk disoroti adalah wilayah Cigudeg, yang terletak di perbatasan dengan paroki Rangkasbitung, karena meskipun sedikit jumlah umat Katoliknya dan terletak di daerah yang cukup berpencar mereka tetap mengirimkan wakilnya.  Sebuah partisipasi yang patut mendapat ancungan topi tampaknya.

Romo Haruna, Pr selaku Ketua Pelaksana dalam kesempatan terpisah mengemukakn bahwa penyelenggaraan kali ini paling meriah karena hampir semua wilayah mengirimkan wakilnya.  Wakil Ketua sie Liturgi Paroki Katedral ini juga mengemukakan bahwa lagu-lagu untuk lomba koor ini semuanya diambil dari Madah Bakti (wajib dan pilihan) dengan alasan lagu-lagu tersebut sudah dikenal oleh setiap umat sehingga tentunya akan memudahkan dalam menyiapkannya apalagi bila mengingat waktu persiapannya yang cukup pendek.

Penyelenggaraan lomba koor ini direncanakan akan diubah menjadi dua tahun sekali, demikian kata Romo Haruna, yang telah empat kali ini menjabat sebagai ketua panitia lomba koor, alasannya untuk meringankan beban wilayah-wilayah terutama dalam hal dana dan diharapkan dapat mengikutsertakan koor dari paroki lain sebagai pembanding bagi kelompok-kelompok koor wilayah di lingkungan Paroki Katedral.  Kalau kali ini hampir semua wilayah mengirimkan wakilnya, maka itu merupakan gebrakan dari Pastor Paroki Katedral Romo Hadjono, Pr yang mewajibkan semua wilayah untuk ikut serta dalam lomba ini, demikian tambah Romo yang gemar bersepakbola ini.

Sebagai hasilnya tampil kelompok koor dari wilayah Bogor Timur sebagai juara pertama sehingga berhak membawa pulang piala tetap dan piala bergilir Pastor Paroki Katedral, sedangkan juara kedua dipegang oleh kelompok koor dari wilayah Jalan Baru, wilayah Pondok Rumput berhak menggondol piala tetap untuk juara III.

Selain itu, para juri yang terdiri dari Ignasius Harya S, Y.S. Wibawa Singgih dan Ignatius Kristopo, ketiganya dari Paroki St. Paulus Depok, menetapkan tiga orang dirigen wilayah terbaik, yaitu Ibu Yanti Marhadi dari wilayah Bogor Timur, Bapak Gunarto dari wilayah Pondok Rumput dan Bapak Bambang dari wilayah Jalan Baru.

Untuk festival lagu gereja diikuti oleh kelompok-kelompok koor bukan wilayah dan untuk tahun ini merupakan penyelenggaraan yang kedua kalinya.  Yang ditentukan oleh panitia hanya jenis lagunya, misalnya lagu untuk pembukaan, persembahan dan lain-lain sedangkan peserta boleh memilih judul lagunya secara bebas.  Untuk lagu pilihan syartanya hanyalah harus terdapat di Madah Bakti seperti halnya lagu wajib.

Seperti halnya untuk peserta koor, peserta festival juga diperbolehkan untuk membawa teks, dan yang dinilai adalah mutu suara, penjiwaan serta teknik koor/paduan suara, yang meliputi homogenitas, ketepatan nada, pengucapan kata dan pernafasan, dan tentu saja penampilan.

Dewan juri, yang sama dengan lomba koor, akhirnya menetapkan PS SMP Regina Pacis berhak menggondol piala tetap juara pertama dan trophy bergilir Festival Lagu Misa Paroki Katedral Bogor.  Sedangkan yang berhak untuk piala tetap juara II dan II adalah PS SMA Regina Pacis dan PS Seminari Stella Maris Bogor.

Dalam kesempatan ini Christiani dari SMA Regina Pacis ditetapkan sebagai dirigen festival terbaik bersama Jackline dari SMP Regina Pacis dan Ibu Agustine dari PS Mudika Jalan Baru.

Romo Haruna dalam kesempatan terpisah mengungkapkan harapannya agar pada penyelenggaraan festival yang akan datang, peserta lebih banyak lagi meskipun untuk kali ini peserta sudah memenuhi target.

Dalam sambutannya, Ketua Pelaksana mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini dan juga ucapan selamat berlomba serta semoga berhasil dengan baik.

Dan tampaknya ungkapan Romo Haruna bahwa kegiatan ini merupakan pesta paroki tidaklah salah bila melihat banyaknya umat yang hadir untuk melihat mereka-mereka yang sedang berlomba dan berfestival.

Lomba koor dan Festival Lagu Gereja telah usai, tentunya ada sepercik kenangan di hati setiap umat yang menghadiri acara tersebut semoga saja semuanya itu semakin memberi semangat agar kelompok-kelompok koor di lingkungan Paroki Katedral semakin bermutu, bukankah Santo Agustinus sendiri mengatakan Bene cantat bis orat, yang artinya orang bernyanyi dengan baik berdoa dua kali!  Akhirnya untuk para pemenang, Selamat untuk keberhasilannya!

 

Pengirim: A.B. Lindawati P

 

Selamat Ulang Tahun, Mo

 

Hujan deras yang mengguyur kota Bogor 13 Desember lalu ternyata tidak menghalangi niat sebagian umat Wilayah Bogor Timur untuk menghadiri Perayaan Ekaristi di SMKK Baranangsiang.

Perayaan Ekaristi ini dimaksudkan sebagai ungkapan syukur untuk hari ulang tahun imamat Romo Wilayah Bogor Timur, Romo Yoseph Hardjono, Pr, yang ke empat belas dan juga sebagai ungkapan syukur atas kemenangan koor Wilayah Bogor Timur sebagai juara I dalam Lomba Koor dan Festival Lagu Gereja yang baru lalu.

Tepat pukul tujuh dua puluh menit, dari bagian belakang kapel susteran Gembala Baik, mengalun intro lagu pembukaan.  Ya Yesus hamba sedia jadi karyawan setia, membaharui dunia, menuju bahagia..., demikian umat mengawali misa ini, yang diperkuat oleh barisan koor di bagian belakang.

Dalam kotbahnya, Romo Hardjono mengatakan bahwa kemenangan membutuhkan perjuangan dan juga mengandung kesulitan.  Tidak sedikit orang yang tidak bisa menerima kemenangan orang lain, iri hari terhadap kemenangan orang lain, demikian tambahnya.  Itu artinya yang bersangkutan tidak sportif, lanjutnya.

Hal ini juga dialami oleh koor Wilayah Bogor Timur, yang memang baru dibentuk beberapa saat sebelum pelaksanaan lomba koor, ada suara-suara sumbang yang beredar sehubungan dengan kemenangan koor wilayah yang satu ini.  Ada yang mengatakan bahwa selaku Pastor Paroki, Romo Hardjono telah mempengaruhi hasil penilaian tim juri sehingga yang mendapatkan kemenangan adalah koor-koor yang ada di wilayahnya.

Memang dalam rapat tim juri, Romo Hardjono hadir dalam kapasitasnya sebagai Pastor Paroki, demikian juga halnya Romo Haruna dalam kapasitasnya sebagai ketua pelaksana, tetapi peranan Romo Hardjono dalam rapat ini hanyalah sebagai notulis yang menyalin kembali hasil keputusan tim juri.  Dan bahkan beliau sendiri tidak tahu pemenangnya dengan pasti karena hasil keputusan itu menunjuk pda nomer urut peserta.

Sejak semula telah dikatakan bahwa keputusan juri tidak dapat diganggu gugat, sehingga apapun keputusan juri tentunya harus diterima, tambahnya.  

“Ini mungkin kado ulang tahun imamat saya yang ke empat belas,lanjutnya menanggapi adanya suara-suara sumbang itu.

Kini,  masih kata Romo Hardjono, ada kelompok koor yang sampai batas waktu yang tidak ditentukan tidak mau bertugas di gereja.  Padahal bertugas koor, bukanlah untk pastor tetapi untuk memuliakan Tuhan.  Sebagai seorang Pastor Paroki, beliau tentu senang bila koor-nya bagus tetapi sekali lagi bukan untuk beliau.

Romo Hardjono meminta koor wilayah Borogr Timur, yang belum mempunyai nama ini, tetap jalan terus karena tujuannya bukan hanya untuk menang tetapi lebih pada memuliakan Tuhan lewat lagu.

Tentang hari ulang tahun imamatnya, yang tepat pada tanggal 12 Desember, Romo mengatakan bersyukur.  ”Tetapi bahasa saya tidak cukup untuk mengungkapkan rasa syukur itu, tambahnya.  Rasa syukur itu tidak bisa dinyatakan sendirian, karenanya beliau mengajak umat yang hadir untuk bersama-sama bersyukut kepada Tuhan lewat perayaan Ekaristi ini.

Beliau juga mensyukuri segala apa yang ada padanya; pergaulan meskipun tidak terlalu luas tetapi cukup, kotbah yang tidak terlalu bagus tetapi bisa.

Dikatakannya bahwa yang dibutuhkannya adalah doa dan semangat dari umat.  Sering beliau ini ditanya oleh umat, Minta apa Mo? tetapi beliau selalu mengatakan, Saya sudah kaya, yang lebih saya butuhkan adalah doa.

Sebagai akhir dari kotbahnya, Romo mengucapkan terima kasih untuk semua doa, semangat dan perhatian dari umat Wilayah Bogor Timur.

Sebelum memberikan berkat, Romo Hardjono menawarkan tiga buah nama untuk dipilih salah satu sebagai nama koor dari Wilayah Bogor Timur ini seperti yang dijanjikannya di awal perayaan Ekaristi,  akhirnya nama yang dipilih adalah Santa Bernardin.  Dan kemudian Romo mengumumkannya secara resmi yang diikuti oleh tepuk tangan umat yang hadir.

Lagu Gereja bagai bahtera mengarungi jaman, Tuhanlah bintang pedoman arah dan tujuan...mengakhiri perayaan Ekaristi ini.

Acara selanjutnya adalah santap malam yang diawali dengan sambutan dari Ketua Wilayah Bogor Timur, Ibu Astrid W., yang dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan untuk Romo Hardjono dan Bapak-Ibu Marhadi (mewakili anggota koor) oleh Ketua Wilayah.

Pemotongan tumpeng nasi kuning dilakukan oleh Romo Hardjono untuk diri sendiri dengan diiringi lagu panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia....

Ibu Yanti Marhadi selaku dirigen koor wilayah Bogor Timur ketika ditanya tentang kemenangan koor Wilayah Bogor Timur mengatakan bahwa kemenangan ini merupakan titik awal bukan titik akhir dari koor Wilayah ini, yang dibutuhkan adalah kelanggengan.  Komentar tentang terpilihnya Ibu Yanti Marhadi sebagai salah satu dari tiga dirigen wilayah terbaik, wanita berusia 33 tahun ini hanya mengatakan bahwa semua dirigen juga baik asal benar-benar dihayati.

Perayaan Ekaristi dan acara santap malam bersama yang dihadiri oleh wakil-wakil dari semua lingkungan yang ada di Wilayah Bogor Timur ini akhirnya ditutup dengan doa penutup oleh Romo Hardjono, setelah sebelumnya para anggota koor memperdengarkan suaranya dengan menyanyikan lagu Yo ben (benar nggak cara nulisnya?) yang artinya, kalau tidak salah, ya biarkan.

Sebagai penutup dari tulisan ini, terucap Selamat ulang tahun imamat ke empat belas untuk Romo Hardjono dan Selamat untuk kemenangannya untuk kelompok koor dari Wilayah Bogor Timur. (ab)  

 

Yang Datang dan yang Pergi

 

Paroki Katedral melepas lagi kepergian salah seorang gembalanya di hari Sabtu, 14 Agustus 1993 lalu.  Tiga tahun sudah jabatan sebagai pastor Paroki Katedral dipegangnya.  Siapa beliau? (seperti kuis saja ya?)  Ya..tak salah lagi, Y. Hadjono, Pr namanya.  Tiga tahun bisa jadi masa yang panjang dan juga bisa jadi masa yang sangat pendek, tergantung darimana melihatnya.  Yang jelas pasti telah begitu banyak suka dan duka yang dialami, tentu juga ada kerikil-kerikil tajam yang menghadang di jalan dan bahkan mungkin badai.  Semua telah lewat...hari baru, tugas baru dan domba-domba baru menanti di Paroki Sukabumi.

Sebagai gantinya adalah Benyamin Soedarto, Pr , sebelumnya adalah Pastor Paroki Sukabumi, yang telah hadir di Pasturan Katedral sejak awal Agustus lalu.

Bertepatan dengan pesta paroki, Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, dilangsungkan upacara serah terima jabatan dalam sebuah perayaan Ekaristi dengan selebran utama Mgr. Leo Soekoto, SJ didampingi Y. Hadjono Pr dan B. Soedarto, Pr.

Upacara serah terima jabatan dilakukan sebelum berkat, yang diawali dengan pembacaan SK Bapa Uskup, Mgr. Ignasius Harsono, untuk Y. Hardjono, Pr dan untuk B. Soedarto, Pr sehubungan dengan tugas baru masing-masing oleh Heru Wihardono, Pr.

Setelah Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan ramah tamah di BPK yang dihadiri oleh sekitar 200 orang, yang terdiri dari para imam, suster, umat serta Mgr. Leo Soekoto, SJ.

Acara dibuka dengan sambutan dari Romo Heru selaku ketua panitia dan dilanjutkan dengan sambutan dari wakil umat, yaitu Bapak Sarumpaet.  Dalam sambutannya, Pak Sarumpaet antara lain menyatakan bahwa Romo Hardjono termasuk salah satu dari pengkotbah yang terbaik.  Dikatakannya pula bahwa kalaupun sekarang beliau harus pindah, itu karena sebagai imam mirip dengan militer yang harus tunduk pada komando atasan.

Acara selanjutnya adalah sambutan dari Romo Hardjono.  Dalam kesempatan ini beliau membacakan sebagian dari memori serah terima yang dibuatnya dengan terburu-buru.  Antara lain tentang apa yang telah dilakukan selama ini dimana titik beratnya adalah pembangunan fisik, apa yang telah direncanakan tetapi ini diserahkan kepada pastor paroki yang baru mengenai realisasinya, yang menitikberatkan pada pengembangan sumber daya manusia serta dana yang sekarang dimiliki oleh Paroki, sekitar 150 juta (Lihat selengkapnya di memori serah terima).

Beliau juga mengucap terima kasih atas kerjasama yang sangat baik selama ini.  Dikatakannya bahwa umat selalu menyapa dan menyemangati.  “Bantulah dan doakanlah Romo Darto, adalah pesan terakhir beliau sebagai pastor Paroki Katedral kepada umatnya.  Diakuinya bahwa dalam karya pastoral banyak kekurangannya, umatlah yang melengkapinya.

Acara, yang dipandu oleh Ibu Uniarti Dicky ini, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Romo Darto.  Beliau mohon dengan sangat kerjasama dari ketua-ketua wilayah dan perangkatnya.  Dikatakannya bahwa dalam situasi keterbukaan yang sehat akan tercipta umat beriman yang dikehendaki oleh Allah sendiri.

Sambutan terakhir adalah dari Mgr. Leo Soekoto, SJ.  Dengan sikap yang santai, beliau menyampaikan sambutannya.  Menurut beliau pergantian pastor adalah hal yang biasa karenanya beliau tidak terharu.  Dikatakannya pula bahawa upacara serah terima tadi lebih hebat dari militer.  Beliau kemudian menceritakan bahwa ada umat dari salah satu paroki di Jakarta datang kepada beliau dan meminta agar pastornya diganti dengan berbagai alasan.  Kemudian Monsinyur menanyakan mau minta pastor yang seperti apa dan bahkan diberi kesempatan untuk mengutarakan sebanyak-banyaknya sampai-sampai umat bingung mau mengatakan apa lagi.  Dengan santai Monsinyur kemudian mengatakan bahwa di KAJ tidak ada pastor yang seperti itu, jadi tinggal pilih tetap dengan pastor yang lama atau pastor itu dipindah tetapi tidak diberi gantinya.

Beliau juga mengatakan bahwa mutu umat tergantung gembalanya tetapi lebih penting lagi mutu gembala tergantung umatnya.

Sebelum makan malam, umat diberi kesempatan untuk menyampaikan kenang-kenangan untuk yang akan pergi.  Sambil menikmati makan malam, yang hadir disuguhi beberapa atraksi dari sekolah-sekolah termasuk pembacaan puisi oleh Bapak Kusnadi (Lihat ”Selamat Jalan Gembalaku“)

Acara perpisahan telah usai (telah sebulan lebih, ketika tulisan ini dibuat) tapi tentu ikatan batin yang telah lama tercipta tidak mudah untuk dipisahkan.  Tentu kita semua berharap agar kenangan-kenangan yang telah terjadi bisa menjadi bahan refleksi untuk kemudian melangkah dengan lebih baik lagi.  Untuk Romo Hardjono, Selamat Jalan Romo dan Selamat bertugas di ladang baru! Dan untuk Romo Darto, Selamat datang Romo dan Selamat berkarya pastoral di Paroki Katedral!” (ab) 

No comments:

Post a Comment