Geliat Mudika Mojoagung
Meskipun sebagian besar kaum mudanya berada di luar kota, untuk melanjutkan studi maupun bekerja, tak membuat stasi Santo Aloysius Gonzaga Mojoagung tidak mempunyai wadah bagi kaum mudanya. Stasi yang terletak di Kabupaten Jombang tetapi termasuk Paroki Santo Yosef Mojokerto ini, setiap dua tahun mengadakan pergantian pengurus mudika.
Bulan Agustus lalu telah terbentuk kepengurursan periode 1994-1996 yang diketuai oleh E. Nurgahayati (selengkapnya dapat dilihat di box).
Bebagai program dilontarkan dalam rapat kerja, mulai dari doa rosario sampai pendalaman iman, mulai dari sensus anggota sampai ulang tahunan, mulai dari mengadakan Sabtu Gembira bagi anak-anak SD dan SMP sampai baksos alias bakti sosial yang akan diadakan menjelang Natal. Dan setumpuk agenda lain.
Inilah langkah awal mereka, mewujudkan obsesi, idealisme dan kreativitas-yang tentunya tidak selalu sama dengan para orang tua, Mereka juga masih butuh dukungan, bimbingan, dampingan, dana dan tentu saja doa. Karena tidak hanya anggota mudika yang menentukan berhasilnya program-program mereka.
Bagaimana dengan mudika di tempat lain? Bagaimana kalau kita saling bertukar informasi lewat majalah kita ini? (abe)
Susunan Pengurus Mudika Santo Aloysius Gonzaga Mojoagung
Periode 1994-1996
Ketua : E. Nurgahati
Sekretraris : Silvia Vita K,
Bendahara : K. Arsiwi dan Susiana
Sie Liturgi : Paulus Wowon dan Wisnu Kharisma
Sie Pendidikan: Rosa Deima dan Susmonowati
Sie Humas : Erwin dan Y. Ari
Sie Kesejahteraan: A.B. Lindawati P, M. Linggawati P. dan Susan
Memahami Advent dan Menyongsong Natal
Membangun sikap penantian, keterbukaan dan keterlibatan adalah beberapa hal yang perlu diwujudkan dalam masa Advent. Demikian dikatakan Romo. J. Haryanto, CM dalam rekoleksi yang diadakan oleh Persekutuan Doa Karismatik Katolik Santo Stefanus Paroki Santo Yosef Mojokerto baru-baru ini di SDK Wijana.
Menurut Pastor Paroki Ngagel Surabaya ini, Advent juga bisa diartikan sebagai meningkatkan peran serta dalam hidup dengan orang lain. Dalam masa penantian ini, bisa muncul 2 sikap yaitu sibuk atau justru tidak berbuat apa-apa, tambahnya. Tetapi seharusnya justru diisi dengan kegiatan menggereja.
Sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik dilontarkan oleh Romo Haryanto, yang adalah Vikjen Keuskupan Surabaya ini, yaitu apakah sikap dan perbuatan kita sudah terarah ke kegiatan yang “mengingatkan akan mimpi yang terlupakan,” yaitu suatu cara hidup baru dengan teladan dan pengabdian, bila perlu juga bertindak sebagai nabi? Ditambahkan juga, dalam diri orang lain walaupun tidak sempurna, bahkan yang berbeda keyakinan dan pendapat. Allah menunjukkan kebesarannya.
Natal, menurut Romo Haryanto, berarti keramahtamahan di beranda dan kedermawan hati. Dalam kesempatan ini beliau juga menceritakan cerita Dietrich Bonhoeffer, seorang pengarang Jerman, tentang anak seorang Rabbi yang sedemikian asyik membaca Kitab Suci sampai-sampai tidak mendengar tangis adiknya. Sang ayah kemudian bertanya, “Mengapa kamu tidak mendengar tangis adikmu?” Dijawabnya, “Aku sedemikian asyik dan tenggelam dalam Allah sampai aku tak mendengar apapun.” Sang ayah menjawab, “Siapa yang tenggelam dalam Allah, ia akan melihat seekor lalat yang merayap di tembok dan pasti mendengar tangis seorang anak. Siapa yang tidak melihat lalat dan tak mendengar tangis bayi, tidak tenggelam dalam Allah tetapi tenggelam dalam dirinya sendiri.”
Sebelum mengakhiri rekoleksi ini, Romo Haryanto mengajak peserta rekoleksi, yang berjumlah sekitar 150 orang dari berbagai stasi dan wilayah di Paroki Mojokerto, untuk mengadakan refleksi,”Sudahkah kita mendengar tangis bayi yesus, yaitu Allah yang menyamakan diri dengan orang-orang yang “menangis”? (Abe)
Rekoleksi Advent
Dengan maksud untuk melihat kembali apakah talenta untuk mewartakan Kristus sudah dilakukan dengan sebaik-baiknya karena Kristus akan datang untuk melihatnya, stasi Santo Aloisius Gonzaga Mojoagung mengadakan rekoleksi pada tanggal 22 Desember 1994 bertempat di SDK Wijana.
Hadir sebagai pembimbing Frater Kristianus Ratu dan Frater Davis Don Wadin-keduanya sedang studi di STFT Widya Sasana Malang-dan diikuti oleh sekitar 30 orang umat dari berbagai kelompok umur.
Dalam kesempatan ini Frater Kris-panggilan Frater Kristianus-menyatakan bahwa buah-buah iman haruslah disebarkan dalam hidup sehari-hari. Advent dimaksudkan untuk mempersiapkan diri menerima kedatangan Tuhan, dengan bertobat dan mendatangkan kedamaian dalam masyarakat di lingkungan kita/orang banyak, tambahnya.
Menurut Frater Davis, Kristus tidak dapat dipikirkan, aneh dan tidak dapat dimengerti. Dikatakannya pula bahwa seringkali kita memaksa Allah untuk menuruti kehendak kita, apa yang kita mau, pikirkan, yakini, rindukan tetapi kita melupakan bahwa sebetulnya yang harus kita terima adalah yang sesuai dengan kehendak Allah lewat perbuatan.
Acara rekoleksi ini diakhiri dengan Lectio Divina, yang secara harafiah searti dengan bacaan ilahi, mengajak umat untuk berdoa dari Kitab Suci dengan melalui tahap membaca, merenungkan, tanya jawab dan berdoa. Pengumatan Lectio Divina ini merupakan program dari STFT Widya Sasana Malang bagi para frater yang sedang menjalani tahun pastoral, yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dalam kesempatan ini juga muncul kerinduan umat akan kesempatan-kesempatan bertanya tentang berbagai masalah hidup menggereja maupun bernegara. Akankah kerinduan ini mendapat jawaban? (Abe)
No comments:
Post a Comment