Thursday, July 15, 2021

Liputan Asisten Agama Katolik IPB

                                             

Panggilan sebagai Mahasiswa Katolik

 

Pada penghujung tahun akademik 1992/1993, tepatnya pada tanggal 23 Mei lalu, asisten Agama Katolik IPB tahun 1992/1993 mengadakan rekoleksi sehari bagi mahasiswa Katolik IPB tingkat I (angkatan 29).

Tema yang diambil adalah Panggilan sebagai Mahasiswa Katolik, dengan tujuan agar peserta mau dan mampu melihat kembali apa yang telah dilakukannya selama setahun menjadi mahasiswa Katolik IPB dan di tahun mendatang semakin menyadari panggilannya sebagai mahasiswa Katolik dalam hidup menggereja dan bermasyarakat, khususnya di kampus IPB.  Tetapi ketika di awal rekoleksi peserta diminta untuk menuliskan harapannya terhadap rekoleksi ini, sebagian peserta mengharapkan agar dengan rekoleksi ini angkatan 29 dapat semakin akrab.

Rekoleksi yang diadakan bertepatan dengan hari Komunikasi Sosial sedunia ini, diikuti oleh 76 peserta dari 110 mahasiswa Katolik IPB tingkat I.  Mereka ini kemudian dibagi berdua-dua, sebagian besar berlainan jenis, dimana pemilihan pasangan ini dilakukan oleh asisten dengan mempertimbangkan kontak antar mereka selama ini.  Jadi pasangan tersebut akan terdiri dari orang-orang yang selama ini jarang mengadakan kontak sehingga diharapkan antar mereka akan timbul pengertian yang lebih baik.

Untuk mengawali komunikasi antar dua orang ini, maka peserta diajak bermain sebagai orang bisu.  Salah seorang dari tiap-tiap pasangan dikumpulkan dan diberi satu kalimay, yang berbunyi Kamu adalah sahabatku dalam suka dan duka.  Nah…pasangannya diminta untuk menebak kalimat tersebut dengan bahasa isyarat tentunya karena kedua orang ini bisu.

Pasangan-pasangan ini kemudian diminta untuk sharing tentang apa potensi yang dimiliki dan masalah yang dihadapi oleh diri mereka dan komunitas, dalam hal ini angkatan 29, serta upaya apa yang telah dilakukan untuk mengembangkan potensi tersebut dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.  Sebelum sharing berdua-dua ini dimulai, mereka diberi kesempatan untuk sharing pribadi dan hasil dari sharing pribadi inilah yang dibawa ke sharing berdua.

Dalam sharing kelompok, yang terdiri dari tiga pasangan, dan pleno hanya dibicarakan yang berkaitan dengan komunitas.  Mereka menyadari bahwa mereka mempunyai banyak potensi tetapi sayangnya masih terpendam, sedangkan masalah yang mereka hadapi adalah kurang/tidak kompaknya mereka yang ditandai dengan banyaknya kelompok-kelompok/gap-gap, sedikitnya mahasiswa yang mau terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh angkatan.  Seperti halnya angkatan-angkatan terdahulu, angkatan 29 ini mempunyai kepengurusan tersendiri yang biasanya mengurus kegiatan-kegiatan intern angkatan 29.

Frater Yohanes Prabawa, SJ yang membimbng rekoleksi ini menyatakan bahwa komunikasi itu bisa menghancurkan tetapi bisa juga menyatukan tergantung pada kerelaan pihak mayoritas untuk mendengarkan pihak minoritas dan keberanian pihak minoritas untuk menyampaikan keinginannya dalam kelompok tersebut.  Hal ini telah terbukti dari hasil komunikasi bisu dan komunikasi bersuara yang telah dilakukan oleh peserta rekoleksi dalam permainan setelah makan siang.  Frater Bowo, demikian dia biasa dipanggil, juga menyarankan agar dalam setiap pertemuan dibuat tujuan yang jelas.

Sebelum ditutup dengan Perayaan EKaristi, peserta diminta untuk mengadakan evaluasi tertulis terhadap rekoleksi ini dan hasilnya, sebagian besar peserta menyatakan bahwa harapannya telah terpenuhi dengan berbagai gradasi.

Dalam homilinya P.Y. Hardjono, Pr menekankan pentingnya kekompakan apalagi bila mengingat dalam segi kuantitas, orang Katolik selalu minoritas dan untuk ini dibutuhkan komunikasi.  Beliau menggambarkan pentingnya kekompakan antar mahasiswa Katolik ini seperti koor yang memiliki beberapa suara dimana koor ini tidak akan menjadi koor yang baik bila masing-masing suara berdiri sendiri dan saling berjauhan.

 

Pengirim: A.B. Lindawati P

 

No comments:

Post a Comment